Pakan
merupakan faktor terpenting dalam usaha
peternakan, hampir mencapai 70 % dari biaya produksi. Bagi peternakan hewan ruminansia
pakan yang berkualitas sangat menentukan dalam performa ternak yang dihasilkan.
Yang dimaksud pakan berkualitas adalah pakan dengan kebutuhan dan kandungan
nutrisi yang cocok pada ternak tersebut
sehingga biaya pakan yang dikeluarkan sebanding dengan performa pada ternak
yang dihasilkan. Salah satu pakan yang sering digunakan untuk peternakan
ruminansia khusunya peternakan sapi adalah pakan silase dikarenakan pakan
silase adalah pakan yang dapat disimpan dan dipakai dalam waktu yang lama.
Untuk mengetahui tentang apa itu silase, manfaat silase, dan proses
pembuatannya disini saya akan berbagi
pengetahuannya.
Silase adalah pakan yang mempunyai kadar air
tinggi hasil fermentasi yang berasal dari tanaman hijauan yang diawetkan didalam sebuah silo
(tempat/ruangan kedap udara) selama sekitar 3 minggu agar terjadi fermentasi.
Tanaman-tanaman yang bisa dibuat menjadi silase adalah batang jagung, rumput
gajah, jerami padi, sorghum,dan limbah hasil pertanian lainnya.
Tujuan
dari pembuatan silase adalah memaksimalkan kandungan nutrisi yang terdapat pada
pakan setelah mengalami proses fermentasi dan bisa digunakan untuk mengatasi
kesulitan memperoleh pakan hijauan disaat musim kemarau. Pada saat membuat
silase kandungan air dalam hijauan tidak boleh lebih dari 60 % dan tidak boleh
terlalu kering, jika kandungan air terlalu banyak pakan akan mengalami
pembusukan selama proses fermentasi dan sebaliknya jika terlalu kering maka
akan menimbulkan tumbuhnya jamur pada pakan.
Manfaat dari silase adalah :
· Bisa dipakai pakan ternak ruminansia dalam waktu lama
· Bisa untuk persediaan pakan saat musim kemarau
· Menampung kelebihan hijauan saat musim penghujan sehingga
dapat dipakai saat musim kemarau
· Mempunyai nilai gizi yang tinggi
· Disukai ternak
Proses Pembuatan Silase
Alat :
· Silo : dipakai
sebagai tempat kedap udara untuk menyimpan hijauan agar terjadi fermentasi
· Mesin Pencacah (Chopper)
: untuk memotong hijauan
· Plastik kantong : untuk melapisi dinding silo agar udara tidak
masuk
Bahan :
· Hijauan makanan ternak ( rumput, sorghum, jagung,
biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu,
batang nanas, dan jerami padi ).
· Bahan Pengawet (Additif) yang diberikan secara langsung agar
selama penyimpanan terbentuk suasana asam. Pemberian tidak langsung meliputi
pemberian :
-
Natrium bisulfat
-
Sulfur oxida
-
Asam chlorida
-
Asam sulfat
-
Asam propionate
· Sedangkan pemberian bahan secara tidak langsung (konsentrat) adalah pemberian bahan-bahan
yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
-
Molases : 2,5 kg / 100 kg hijauan pakan
-
Tepung onggok : 2,5
kg / 100 kg hijauan pakan
-
Tepung jagung :
3,5 kg / 100 kg hijauan pakan
-
Dedak halus :
5 kg / 100 kg hijauan pakan
-
Ampas sagu : 7 kg / 100 kg hijauan pakan
Tujuan pemberian bahan tambahan ini
adalah agar mempercepat proses fermentasi oleh mikroba dan untuk meningkatkan kadar nutrisi yang
terkandung pada bahan utama. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi
beberapa faktor antara lain : jenis hijauan yang dipakai, proses penyimpanan,
mikroba yang digunakan pada penggunaan tanaman bahan additive, dan kandungan
bahan kering hijauan. Adapun penyusunan formula bahan pakan silase yang terdiri
dari campuran hijauan pakan : konsentrat : bahan additive bisa menggunakan
perbandingan 70 % : 20 % : 10 % atau 60
% : 30 % : 10 % yang didasarkan dari presentase berat dari ketiga bahan
tersebut.
Fakto-faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan
silase
a. Kondisi Bahan Utama
Kondisi bahan utama
adalah tingkat kematangan tanaman karena tingkat kematangan tanaman yang tepat
menentukan tercukupinya jumlah gula fermentasi untuk proses pertumbuhan bakteri
silase dan memberikan nutrisi penuh pada ternak.
b. Cara Pemotongan
Pemotongan ideal
bahan pakan ternak untuk pembuatan silase adalah antara 6-10 cm tergantung dari
jenis tanaman yang digunakan, struktur penyimpanan, dan jumlah silase.
Pemotongan yang terlalu panjang berdampak silase sulit untuk dipadatkan serta
udara akan terperangkap didalam silase, sebaliknya jika potongan terlalu pendek
berakibat timbulnya dampak negative terhadap produksi lemak susu dan timbulnya
dislokasi abomasum pada sapi perah.
c.
Pengisian, Pembungkusan, dan Pemadatan
Saat proses pengisian
dan pemanenan silo harus dilakukan secepat mungkin, penundaan pengisian akan
berakibat pada terjadinya proses respirasi yang berlebihan dan menurukan
kualitas hasil fermentasi silase. Pembungkusan sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin pada saat akan menyimpan bahan pada
silo, setelah itu silo harus ditutup rapat dengan bungkus yang kedap
udara untuk mencegah udara masuk.
Proses Pembuatan Silase
Tahap I – Fase aerobik
Pada tahap ini hanya memerlukan waktu
beberapa jam saja, fase ini terjadi karena keberadaan oksigen di sela-sela
partikel tanaman. Jumlah oksigen yang ada akan berkurang seiring dengan
terjadinya proses respirasi pada material bahan serta pertumbuhan
mikroorganisme anaerob dan fakultatif anaerob seperti Khamir dan Entero
bacteria. Selanjutnya enzim pada tanaman seperti Protease dan Carbohydrase akan
teraktivasi, sehingga kondisi pH pada silase tetap dalam batas normal antar 6,5
– 6,0.
Tahap II – Fase Fermentasi
Tahap ini dimulai ketika kondisi silase
menjadi anaerobik dan berlanjut beberapa minggu tergantung dari jenis dan
kandungan tanaman yang digunakan serta kondisi proses ensilasi. Jika proses
fermentasi berlangsung sempurna, bakteri asam laktat ( BAL) akan berkembang
mejadi dominan, pH pada material silase akan turun hingga 3,8-5,0 karena adanya
produksi asam laktat dan asam-asam lainnya.
Tahap III-Fase Stabil
Tahap ini berlangsung selama oksigen
dari luar tidak masuk ke dalam silo. Sebagian besar jumlah mikroorganisme yang
berkembang pada fase fermentasi akan berkurang secara perlahan. Beberapa jenis
mikroorganisme toleran asam dapat bertahan dalam kondisi inaktif pada fase ini.
Mikroorganisme lainnya seperti clostridia dan bacilli bertahan dengan
menghasilkan spora. Hanya beberapa jenis mikroorganisme penghasil enzim
protease dan carbohydrase toleran asam serta beberapa mikroorganisme khusus,
seperti Lactobacillus buchneri yang dapat tetap aktif pada level rendah.
Tahap IV- Fae Pemanenan
Dimulai segera setelah silo dibuka dan
silase terkena udara dari luar. Dapat dimulai terlalu awal jika peutup silase
rusak sehingga terjadi kebocoran. Jika fase ini berlangsung terlalu lama, maka
silase akan mengalami penurunan kualitas akibat terjadinya degradasi asam
organik yang ada oleh Khamir dan bakteri asam asetat. Proses tersebut akan
menaikkan pH pada tumpukan silase dan selanjutnya akan berlangsung tahap
spoilage ke-2 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu, dan peningkatan
aktivitas mikroorganisme kontaminan, seperti bacilli, moulds dan
enterobacteria.
Untuk meminimalisir terjadinya
kegagalan dalam proses pembuatan silase, diperlukan penanganan dan pengontrolan
yang optimal pada setiap tahapan antara lain:
- Panjang pemotongan pada bahan jangan terlalu panjang dan
jangan terlalu lembut
- Kadar air pada bahan jangan sampai melebihi 60 %.
- Pada saat penumpukkan pada silo jangan ada ruangan yang
berakibat adanya udara.
- Setelah bahan dimasukkan dan tertata dalam silo harus
langsung segera ditutup.
Cara Pembuatan Silase
Persiapan Tempat (Silo)
Silo
biasanya terbuat dari cor-coran semen membentuk kubus dengan salah satu bagian
atas atau samping terbuka guna untuk memasukkan bahan. Silo juga bisa dibuat
dari drum oli atau profil tank dan jika tidak ada alat tersebut plastik ukuran
besar bisa juga dipakai. Untuk ukuran silo dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Di dalam silo jangan sampai terdapat air atau terlalu lembab dan yang
terpenting tidak ada celah untuk masuknya udara pada saat penyimpanan.
Penyiapan Bahan
Bahan
yang digunakan sebaiknya berasal dari hijauan yang masih segar setelah
pemanenan dengan kondisi tidak terlalu basah maupun terlalu kering. Jika
didapat bahan masih basah sebaiknya dilayukan terlebih dahulu. Setelah itu
bahan dipotong dengan menggunakan mesin pencacah (copper) atau bisa menggunakan
parang yang tajam.
Pemasukkan Bahan Kedalam Silo
Selanjutnya
adalah memasukkan bahan kedalam silo dengan cara bertahap dan berlapis. Pertama
masukkan bahan dengan ketinggian kira-kira 3 cm setelah itu taburkan konsentrat
(Dedak halus, molases,tepung jagung) secara rata diatas bahan, setelah itu
semprotkan bahan aditif yang dicampur dengan air secukupnya diatas bahan
tersebut, setelah itu tumpuk dengan bahan lagi dan ulangi urutan penataannya
sampai silo penuh dan tekan kebawah sehingga tidak ada ruang kosong dalam silo,
hal ini bertujuan agar didalam pengisian silo tersebut tidak ada udara didalam
ruangan silo. Setelah silo penuh secepatnya silo ditutup rapat sehingga
udara dari luar tidak masuk kedalam silo
teersebut. Setelah 3 minggu silo bisa dibuka dan pakan sudah bisa diberikan
pada ternak. Sebaiknya pemberian pada ternak dapat dicampur dengan hijauan pada
saat musim dimana hijauan mudah didapatkan. Silase dapat dipakai dalam waktu
lama asalkan pada saat pengambilan silase dalam silo kondisi silo tidak terbuka
dalam waktu yang lama.
Ciri-ciri Silase yang Baik:
·
Berbau wangi seperti
tanaman yang masih segar dengan sedikit bau asam
·
Bila dicoba digigit
rasanya manis dan terasa sedikit asam.
·
Tidak terdapat jamur.
·
Warna hijau
kekuningan atau agak kecoklatan
·
Bentuknya kering dan
tidak ada yang busuk
- Pemberian silase pada ternak harus dilakukan secara berhati-hati, silo harus cepat-cepat ditutup setelah silase diambil agar tidak terkontaminasi udara luar.
- Sebelum diberikan pada ternak sebaiknya diangin-anginkan terlebih dahulu.
- Bagi ternak yang belum terbiasa diberi pakan silase, sebaiknya pemberian silase dicampur dengan hijauan segar (Yusriani, 2015).
Referensi Blog
·
Yusriani, Y. 2015. Pengawetan Hijauan Dengan Silase Untuk Pakan Ternak
Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, Banda Aceh.
No comments:
Post a Comment